Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada
suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah rawa.(wikipedia) Hal ini
umumya dilatar belakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia,
khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit.
Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan
masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan
rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak
terbantahkan. Reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam
rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan daerah
pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa
bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia
terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan
seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan
pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan Undang-undang
no. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
pada pasal 34 menjelaskan bahwa Reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat
sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya
ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi
juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti :
a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.
b) keseimbanganantara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan pesisir.
c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan
material
Reklamasi juga dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan atau
usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong
atau berair menjadi lahan yang berguna dengan cara pengurukan atau pengeringan.
Pada perencanaan ini, reklamasi dilakukan pada lahan yang berair yaitu daerah
tanjung perak, Surabaya Pada lahan yang berair umumnya memiliki tanah dasar
yang lunak sehingga ketika ditimbun maka akan terjadi settlement pada tanah
dasar. Dalam portal kelompok studi kelautan biologi Universitas Gajah Mada, disebutkan
kegiatan reklamasi baik pada tahap sebelum reklamasi, saat reklamasi maupun
pasca reklamasi, harus memperhatikan beberapa aspek,yaitu aspek fisik, ekologi,
hukum, sosial ekonomi, serta aspek pendukung lainnya.
Yang harus diperhatikan dari aspek fisik, antara lain: tata
ruang, lahan, hidrologi, jaringan drainase, muara sungai, lidah pasir, pulau
pasir, delta, hidrooseanografi, geomorfologi, dan air tanah. Yang harus
diperhatikan dari aspek ekologi, antara lain: biota (flora/fauna darat dan
perairan, endemic, langka, keragaman, kemelimpahan, biomassa, dan biota migratory),
habitat/ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang,padang lamun, lahan basah),
kawasan lindung (jalur hijau mangrove), serta jasa-jasa lingkungan yang
dimiliki kawasan pesisir (nursery ground, daerah pemijahan, resapan limbah,
resapan air hujan, dan lain-lain). Yang harus diperhatikan dari aspek hukum,
meliputi hukum adat dan hak atas tanah. Yang harus diperhatikan dari aspek
social ekonomi dan budaya adalah persepsi masyarakat, aktifitas ekonomi,
demografi, kearifan local, daerah cagar budaya, dan situs budaya. Sementara
aspek pendukung, meliputi: jasa lingkungan, daya dukung lingkungan,
aksesibilitas lokasi, serta fasilitas umum.
1. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari system
yang digunakan, dimana secara umum reklamasi dibedakan atas 4 sistem yaitu:
a. Sistem timbunan
Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang
mempunyai curah hujan yang sangat tinggi, dan metode ini yang paling popular di
Indonesia. Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka
lahan berada di atas muka air laut tinggi. Secara garis besar pelaksanaan
reklamasi system timbun dilakukan dengan membangun tanggul mengelilingi daerah
yang akan direklamasi serta material reklamasi diurug ke seluruh lahan yang
akan direklamasi baik melalui daratan ataupun dipompakan melalui pipa dan sand
by passing.
Selain itu, reklamasi dilakukan lapis demi lapis dengan
ketebalan tiaplapisnya berkisar antara 0,30 – 1,00 meter sesuai dengan jenis
tanah dasar dan perataan lahan hasil reklamasi. Disamping itu, pematangan lahan
reklamasi dengan pemasangan drainase vertical, pemadatanlahan dan kegiatan
perbaikan daya dukung tanah..
b. Sistem polder
Sistem polder dilakukan pada lokasi dengan kondisi drainase
yang baik. Reklamasi system ini kurang cocok untuk daerah yang mempunyai curah
hujan yang sangat tinggi. Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan
yang akan direklamasi dengan memompa air yang berada di dalam tanggul kedap air
untuk dibuang keluar dari daerah lahan reklamasi. Secara garis besar
pelaksanaan reklamasi dilakukan dengan membangun tanggul kedap air mengelilingi
daerah yang akan direklamasi, kemudian airnya dipompakan sehingga kering, dan
dilakukan perbaikan tanah dasar agar dapat dipergunakan sesuai peruntukan.
Selain itu, pembuatan jaringan drainase dan pompanisasi dilakukan untuk
menjamin bahwa lahan hasil reklamasi dapat kering baik pada musim kemarau
maupun musim hujan.
c.Sistem gabungan timbunan-polder
Sistem kombinasi (timbunan-polder), diawali dengan pemompaan
air,lahan yang diperolah kemudian ditimbun sampai ketinggi tertentu,sehingga
perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
d.Sistem drainase.
Sistem drainase dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan
relative rendah dari wilayah sekitarnya, namun elevasi muka tanahnya masih lebih
tinggi dari elevasi muka air laut. Wilayah ini bisa berupa daerah rawa (pasang
surut atau pun bukan). Dengan membuatkan system
drainase yang baik serta pintu-pintu pengatur, wilayah pesisir ini dapat
dimanfaatkan untuk daerah permukiman dan pertanian. Secara umum, bentuk
reklamasi ada dua, yaitu:
1. Reklamasi menempel pantai daratan induk
Bentuk menempel pantai dapat dilakukan pada pantai dengan
kondisi drainase yang baik, sehingga kegiatan reklamasi tidak menimbulkan dampak
dalam pengelolaan drainase dan reklamasi terpisah dari pantai daratan induk.
2. Reklamasi bentuk terpisah dari pantai
Bentuk terpisah dari pantai dilakukan pada kondisi system
drainase relative buruk, sehingga jika dilakukan reklamasi menempel pantai akan
meningkatkan potensi banjir.
Keuntungan reklamasi
menempel pantai adalah adanya kemudahan pembuatan
prasarana dan jaringan transportasi, sedangkan kerugiannya
akan menghalangi atau memperpanjang system jaringan drainase yang ada sehingga meningkatkan
elevasi muka air di muara yang berdampak meningkatkan potensi banjir di daerah
hulu. Menurut Prof.Ir. Hang Tuah Salim M. OcE,PhD., guru besar teknik kelautan ITB,
idealnya reklamasi pantai tidak langsung terhubung, harus ada jarak dengan
daratan dan berbentuk pulau-pulau. D. Sistem Deck On Pile Struktur Dermaga Deck
On Pile (open type structure) menggunakan serangkaian tiang pancang (piles)
sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah
dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta dilapisi dengan perkuatan
(revement) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air, dapat dilakukan
pemasangan tiang pancang miring. Pada umumnya, jenis struktur tiang pada
Struktur Dermaga Deck On Pile sedikit sensitif terhadap getaran-getaran lokal
seperti tumbukan bawah air akibat haluan kapal dibandingkan struktur dermaga
lainnya.
1. Keuntungan menggunakan Struktur Dermaga Deck On Pile:
a. Sudah umum digunakan oleh para pelaksana proyek
b. Mudah dalam pelaksanaannya
c. Perawatannya lebih mudah
2. Kerugian/hambatan dalam menggunakan Struktur Dermaga Deck
On Pile:
a. diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup
besar
b. diperlukan proteksi pada kemiringan tanah di bawah lantai
dermaga
c. diperlukan pemasangan tiang miring apabila gaya lateral
cukup besar.
Pada struktur dermaga, beban dominan tidak hanya berasal
dari arah vertikal saja. aktifitas kapal pada saat melakukan sandar dan tambat
memberikan kontribusi beban arah horizontal yang cukup besar pada struktur
dermaga. Dengan adanya beban-beban ini maka panjang pondasi tiang pancang tidak
hanya ditentukan oleh daya dukung saja tetapi juga perlu memperhatikan
kapasitas lateral yang dapat diterima oleh tiang pancang. Seluruh beban yang
bekerja diperhitungkan dan dijadikan masukan beban pada struktur.. Reaksi yang
dihasilkan oleh tiang pancang kemudian digunakan sebagai data masukan untuk
perhitungan kedalaman tiang pancang dengan metode-metode yang tersedia. Hasil
kajian menunjukkan bahwa simulasi elemen hingga dengan menerapkan panjang titik
jepit hasil perhitungan kapasitas lateral pada model struktur, menghasilkan
beban lateralyang memberikan panjang titik jepit hampir sama dengan model. Struktur
dermaga deck on pile merupakan jenis dermaga terbuka dengan lantai dan balok
dermaga menumpu pada poer/pilecap yang didukung oleh tiang pancang sebagai
pondasi struktur dimana stabilitasnya bergantung pada kapasitas daya dukung dan
kapasitas lateral tiang pancang.
E. Beban Beban yang bekerja pada Dermaga
Berikut ini adalah skema beban beban yang bekerja pada
dermaga, terdiribeban-beban
antara lain ;
·
Beban Mati ( Dead Load )
·
Beban Vertikal
·
Beban Hidup ( Live Load )
·
Beban Gelombang
·
Beban Horizontal
·
Beban Arus pada Tepi Dermaga
·
Beban Gempa
Dermaga
F. Survei Data Perairan
1. Aspek Bathimetri
Aspek bathimetri bertujuan untuk mengetahui variasi
kedalaman dan
adanya benda penghalan/rintangan alur pelayaran di sekitar
dermaga.
Berdasarkan data
hasil survey batymetri dapat disimpulkan bahwa
perairan di dermaga nilam tanjung perak merupakan perairan
yang dalam,
dimana kedalaman 11.00 m dari 0.00 LWS sekitar 20 m dari
tepi dermaga
nilam.
2. Aspek Hydro-oceanography
a. Data pasang surut
Untuk mengetahui batas batas muka air laut pada saat pasang
tertinggi
dan surut terendah maka perlu dilakukan pengukuran pasang
surut.
Batas muka air laut pada saat surut terendah biasanya
disebut
denganLow Water Surface (LWS) , berguna untuk menjadi acuan
untuk penetapan elevasi kontur tanah dan seluruh bangunan.
3. Data Arus
Kegunaan data arus merupakan untuk mengetahui dan
merencanakan
gaya horizontal yang mempengaruhi stabilisasi struktur
dermaga
4. Data Angin
Angin
dapat
menyebabkan
terjadinya
gelombang
maupun
arus
permukaan, namun karena lokasi pelabuhan yang terlindung
maka
pengaruh gelombang angin relatif kecil.
5. Data Penyelidikan tanah
Data penyelidikan tanah di Dermaga Nilam Pelabuhan Tanjunf
Perak
dilaksanakan dengan maksud untuk memperoleh data rencana dan
informasi tentang karakteristik phisis dan mekanis lapisan
tanah didasar
laut untuk tujuan perhitugan daya dukung tiang pondasi
dermaga.
G. Perencanaan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Pada umumnya Metode Pelaksanaan Pekerjaan tiap proyek adalah
sama yaitu
meliputi :
1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah awal yang harus dilaksanakan
kontraktor untuk
menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kelangsungan
pelaksanaan
proyek. Pekerjaan persiapan dilaksanakan untuk memudahkan
kontraktor
dalam memulai pekerjaan selanjutnya agar penggunaan alat dan
bahan
dapat terorganisir dengan baik dan input-output penggunaan
alat dan
bahan sesuai jadwal, sehingga tidak terjadi bentrok
penggunaan alat dan
penumpukan bahan. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal
penting
dalam pelaksanaan pekerjaan persiapan. (Bambang Triwibowo,
2009)
2. Persiapan Lahan Area Proyek
Pada tahap persiapan area proyek ini kontraktor harus
menyediakan semua
perlengkapan
misalnya,
lampu
untuk
penerangan,
rambu-rambu
pengamanan pekerjaan sementara, tenaga kerja dan orang-orang
termasuk
segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan perkerjaan
dengan
baik dan selalu siap sedia selama pekerjaan berlangsung.
Pekerjaan
persiapan ini termasuk juga pembuatan akses jalan,
menyediakan kantor
lapangan untuk kontraktor dan direksi, barak-barak untuk
tempat tinggal
para karyawan atau pekerja kontraktor, lapangan untuk
persiapan (work-
yards), bengkel, depot dan gudang. (Bambang Triwibowo, 2009)
3. Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi ialah memindahkan alat dan bahan dari lokasi ke
lokasi lainnya
untuk keperluan operasional. Mobilisasi dilakukan dengan
membuat jalan
sementara sebagai akses pendukung mobilisasi alat dan bahan
ke
lapangan. Kontraktor harus melakukan pemuatan untuk
transportasi di
gudang pusat kontraktor atau dimana peralatan tersebut
berada,
pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan
suku cadang
ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap
pakai
semua peralatan, material dan suku cadang termasuk segala
sesuatu yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. (Bambang Triwibowo,
2009)
Demobilisasi adalah pengangkutan keluar alat dan material
setelah
pekerjaan selesai. Demobilisasi harus termasuk pembersihan
lapangan dari
semua peralatan, perlengkapan, material, personil, staf,
barak pekerja,
fasilitas sementara dan ruang kantor lapangan yang dibangun
oleh
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan ini yang tercantum
dalam
kontrak. Kontraktor harus meninggalkan lokasi proyek dan
hasil
pekerjaannya dalam keadaan bersih dan dengan mutu kerja yang
baik
sesuai dengan pengarahan direksi. Semua peralatan,
perlengkapan atau
material yang disediakan oleh kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaan
ini hanya boleh disingkirkan dari lokasi proyek setelah
mendapat
persetujuan dari direksi. Persetujuan tersebut tidak akan
ditahan tanpa
alasan yang cukup kuat. (Bambang Triwibowo, 2009)
4.
Pekerjaan Pengukuran dan Setting Out
Pekerjaan pengukuran merupakan awal dari pelaksanaan
konstruksi yaitu
pekerjaan memindahkan ukuran lapangan ke gambar. Setting out
ialah
pekerjaan penentuan titik acuan atau sring disebut Bench
Mark sebagai
titik dasar untuk memulai pekerjaan konstruksi. Salah satu
tujuan dari
pekerjaan pengukuran dan setting out adalah menentukan
lokasi atau
denah pekerjaan dan mendapat titik-titik elevasi yang
dibutuhkan.
(Bambang Triwibowo, 2009)
a. Untuk menentukan posisi dan ketinggian bangunan di
lapangan,
kontraktor harus melakukan pengukuran di lapangan secara
teliti dan
benar, sesuai dengan referensi Banch Mark atau titik tetap
di lapangan
seperti ditunjukan dalam gambar atau atas petunjuk direksi.
b. Pengukuran untuk penetuan posisi dilakukan dengan
peralatan yang
mempunyai tingkat ketelitian tinggi dengan metode
triangulasi dan
hasilnya disampaikan ke direksi untuk mendapatkan
persetujuan.
c. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan rencana dalam
gambar dan
hasil pengukuran yang dilaksanakan kontraktor dengan kenyataan
yang
ada dilapangan, maka sebelum melaporkan hal ini kepada
direksi untuk
mendapakan keputusan, dibuat dan dinyatakan dalam berita
acara.
d. Keputusan akan hasil pengukuran oleh kantor akan
didasarkan atas
keamanan
konstruksi
dan
kelancaran
operasional
penggunaan
bangunan tersebut.
5. Patok-patok Referensi, Bowplank dan pengukuran
Patok referensi atau penentuan titik as bangunan ialah
menentukan as
bangunan untuk pelaksanaan konstruksi selanjutnya. Penentuan
titik as
bangunan digunakan untuk mempermudah proses pelaksanaan
konstruksi
di lanpangan. (Bambang Triwibowo, 2009)
a. Direksi akan menentukan Bench Mark sebagai referensi yang
ditetapkan di lapangan. Bila Bench Mark belum ada maka
kontraktor
berkewajiban membuat Bench Mark sesuai dengan petunjuk
direksi.
b. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan
meter
terhadap Mean Sea Level (MLS). Sedangkan ukuran-ukurannya
dinyatakan dalam satuan meter, kecuali bila dinyatakan lain.
c. Kontraktor harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang
patok-
patok pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan untuk menjamin
ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain, yang
harus
dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan
berlangsung.
d. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bowplank
harus
disetujui direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak
boleh
disingkirkan sebelum diperintahkan oleh direksi.
e. Kontraktor harus mengadakan pengamatan pasang surut
selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Pengamatan pasang surut
boleh
memakai peralatan otomatis (auto tide gauge) atau dengan
pemasangan
palem dan diamati berkala secara manual dan ditempatkan
ditempat
yang aman.
6. Pekerjaan Survei, Investigasi dan tes Laboratorium
Pekerjaan survey, investigasi dan tes laboratorium ini
adalah pekerjaan
pemutahiran data-data lingkungan yang dibutuhkan untuk
perhitungan dan
pedoman pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
a. Survei
•
Kontraktor perlu melaksanakan pengukuran kembali delam
perairan (batimetri) untuk mendapatkan data terkini sebagai
pedoman untuk proses pelaksanaan konstruksi berikutnya
•
•
Peralatan yang akan digunakan adalah peralatan digital
Penggunaan alat manual diharuskan mempunyai surat ijin
penggunaan dan pemberi tugas dan disetujui oleh konsultan
pengawas
•
Peralatan yang digunakan adalah peralatan dalam kondisi baik
dan
mempunyai sertifikat kalibrasi maksimal berumur 1 minggu
pada
saat digunakan.
b. Investigasi
•
Kontraktor perlu melaksanakan penyelidikan kembali kondisi
tanah
untuk mendapatkan data terkini sebagai pedoman untuk proses
pelaksaan konstruksi berikutnya
•
Kontraktor diminta untuk mengusulkan tahapan, lingkup
pekerjaan
dan daftar peralatan yang akan digunakan kepada pemberi
tugas
dan konsultan pengawas
c.
Tes Laboratorium
•
Kontraktor perlu melaksanakan tes laboratorium terhadap
data-
data yang didapat dari hasil survey dan investigasi.
•
Pelaksanaan tes laboratorium mencangkup material-material
yang
akan digunakan pada pekerjaan konstruksi.
•
Kontraktor
diminta
untuk
mengusulkan
tahapan,
lingkup,
pekerjaan dan lokasi yang akan digunakan kepada pemberi
tugas
dan konsultan pengawas.
No comments:
Post a Comment